Sejarah Krakatau dan Berpetualang Seru di Gunung Anak Krakatau (10)

 
Akibat tsunami, ribuan warga Pulau Sebesi dan Sebuku diungsikan ke Kalianda. Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan juga telah mendirikan posko tanggap darurat di Desa Way Muli dan juga Desa Kunjir, yang merupakan dua desa terparah terkena dampak terjangan tsunami.

IPHEDIA.com - Pasca tsunami Selat Sunda akibat longsoran Anak Gunung Karakatau, jumlah korban sampai dengan Selasa, 25 Desember 2018, korban meninggal sudah mencapai 429 orang, 1.485 orang luka-luka, 154 orang hilang dan 16.082 orang mengungsi.

Selain itu, data kerugian materiil terkait tsunami Selat Sunda juga terus bertambah. Jumlah kerusakan yang ditimbulkan tsunami ini, antara lain setidaknya ada 882 rumah, 73 penginapan, 60 warung, 434 perahu dan kapal, 24 kendaraan roda empat, 41 kendaraan roda dua, 1 dermaga dan 1 shelter rusak.

Daerah yang paling parah terdampak tsunami Selat Sunda berada Kabupaten Pandeglang, Banten. Di wilayah ini tercatat 290 orang meninggal dunia, 1.143 luka-luka, 77 orang hilang, 14.395 orang mengungsi.

Sementara di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, sampai dengan Rabu pagi, 26 Desember 2018, jumlah korban meninggal dunia akibat gelombang tsunami di Selat Sunda yang menerjang pesisir Lampung Selatan sebanyak 113 orang.

Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengirimkan empat kapal untuk mengevakuasi sekira 1.000 lebih pengungsi dari Pulau Sebesi dan Sebuku yang terisolasi pasca terjangan tsunami.

Keempat kapal yang disiapkan, yakni kapal patroli KPLP KNP Jembio P.215 dan KNP Trisula P.111 dari Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) Kelas I Tanjung Priok, KM. Kemudian Sabuk Nusantara 66 yang dioperatori PT Pelni, serta kapal penyeberangan KMP Jatra 3 milik PT ASDP Indonesia Ferry.

Akibat tsunami, ribuan warga Pulau Sebesi dan Sebuku diungsikan ke Kalianda. Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan juga telah mendirikan posko tanggap darurat di Desa Way Muli dan juga Desa Kunjir, yang merupakan dua desa terparah terkena dampak terjangan tsunami.

Tak hanya itu, posko juga didirikan di sejumlah desa lainnya yang juga terkena dampak dari terjangan gelombang tsunami. Bantuan bagi korban pun terus mengalir berdatangan dari berbagai pihak. Akibat dampak bencana gelombang dahsyat itu ratusan korban terpaksa menempati hunian sementara (Huntara). Bersambung ke Sejarah Krakatau dan Berpetualang Seru di Gunung Anak Krakatau (11). (Akhmad Sadad)

Baca: Sejarah Krakatau dan Berpetualang Seru di Gunung Anak Krakatau (11)
Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi dengan cara yang bijaksana dan bertanggung jawab. Berkomentarlah dengan nama yang jelas dan bukan spam agar tidak dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top