Orang yang Pintar Bicara dan Banyak Gagasan Belum Tentu Pandai Menulis

 
Ada orang yang pandai bicara, tetapi ketika ia diminta untuk menuliskan ucapannya, justru hasilnya tak lebih dari beberapa baris saja. Sungguh berbeda jauh dengan pemaparannya saat dia berbicara.

IPHEDIA.com - Kenyataannya, menulis sebenarnya hampir sama dengan ketika berbicara, ada kata dan kalimat. 

Bedanya, kalau dituliskan diperlukan pengetahuan tentang ejaan, tanda baca dan lain sebagainya.

Sementara, bicara sebagai alat komunikasi lisan atau disampaikan lewat tuturan. 

Keduanya, dalam berbahasa memiliki keterkaitan walaupun beda cara penyampaiannya.

Orang-orang yang sehari-harinya nampak pintar berbicara, dapat menyampaikan ucapannya panjang lebar dan lihai berkelit.

Kemudian, pandai memaparkan gagasannya, belum tentu tulisannya lebih baik dari mereka yang sedikit bicara atau cenderung pendiam. 

Ada orang yang pandai bicara, tetapi ketika ia diminta untuk menuliskan ucapannya, justru hasilnya tak lebih dari beberapa baris saja. 

Sungguh berbeda jauh dengan penyampaian maupun pemaparannya saat dia berbicara dengan orang lain.

Kebalikannya, seseorang jarang bicara atau pendiam tidak sedikit yang mampu menuangkan karyanya ke dalam bentuk tulisan. 

Dia memang kurang pandai berbicara, tidak pintar berkelit dan kurang mampu memaparkan gagasannya lewat bahasa ucapan.

Tapi, ia justru lebih peka dalam menyerap sesuatu serta dapat mengungkapkannya lewat bahasa tulisan.

Dalam hal ini, seorang penulis dalam berkarya tidak bisa ditentukan berdasarkan sifat dan wataknya. 

Orang yang pandai bicara maupun seseorang yang sehari-harinya justru cenderung pendiam atau jarang bicara, dalam menuangkan karyanya sama saja. 

Siapapun dia, bagaimana watak dan sifatnya, dapat saja menjadi penulis. Tinggal tergantung niat, ketekunan serta yang terpenting kemampuan (skill) masing-masing.

Menulis tidak lain dari memindahkan bahasa ke dalam wujud tulisan dengan menggunakan lambang-lambang grafem. 

Sering kali juga, kegiatan menulis dikaitkan dengan seni, yakni seni dalam menulis. 

Sebuah tulisan sudah menjadi karya tulis jika dirasakan oleh pembacanya enak dibaca, akurat, singkat dan jelas.

Pembaca langsung dapat memahami isi, maksud dan tujuan dari tulisan yang dibacanya. 

Untuk mencapai ini Anda memang memerlukan latihan serta pengalaman yang tidak hanya didapatkan dalam semalam.

Kemampuan Anda dalam berbahasa sama saja dengan kepandaian menggunakan bahasa. 

Bila kemampuan ini tidak dilatih, atau dilatih tapi tidak dijiwai dan dilakukan terus menerus akan sulit pula mengembangkannya.

Dalam penulisan, kemampuan itu terlihat di dalam empat aspek keterampilan. 

Keempat aspek penting itu, antara lain mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. 

Masing-masing aspek tersebut saling kait mengait satu sama lain. Bahkan, sering kali Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan Anda dalam mendengarkan dan membaca disebut kemampuan reseptif. 

Sementara, kemampuan Anda berbicara dan menulis dinamakan kemampuan produktif. 

Kemampuan reseptif dan produktif, dalam berbahasa merupakan dua sisi penting yang saling mendukung, mengisi dan melengkapi. 

Kemampuan-kemampuan tersebut sebenarnya hampir bahkan ada yang setiap hari Anda melakukannya.

Bila Anda ingin mengembangkan kemampuan berbicara dan menulis, mesti banyak mendengar dan membaca. 

Oleh sebab itu, dengan Anda mendengar maupun membaca akan diperoleh informasi untuk bisa dibicarakan dan dituliskan. 

Mengembangkan kemampuan mendengar dan membaca, dapat juga Anda diawali dengan kegiatan berbicara dan menulis. 

Begitulah aspek berbahasa itu, masing-masing saling mendukung satu dengan lainnya.

Membaca bagi Anda sama saja dengan proses mencerna dan memahami. Di dalam membaca sebetulnya terdapat nalar dan logika. 

Dikaitkan dengan menulis, seorang penulis yang baik akan membuat tulisan yang sesuai nalar dan logika. 

Tulisannya akan menghubungkan hubungan sebab akibat yang secara langsung atau tidak langsung dalam sebuah kalimat.

Agar tulisan Anda jadi menggugah, sebenarnya terletak pada content atau isi tulisan. Isi merupakan inti dari sebuah tulisan. 

Sebuah tulisan menarik dibaca orang tertentu, belum tentu akan menarik untuk kalangan yang lain atau belum pula tepat sasaran alias menggugah bagi pembaca lainnya.

Salah satu jalan untuk membuat tulisan Anda menggugah untuk dibaca dengan membuat mereka atau orang lain berfikir kalau tulisan kita bernilai bagi mereka. 

Untuk dapat menggugah selera pembaca memang tidak mudah. Lain orang, kadang lain pula seleranya. 

Jika Anda bisa melihat kebutuhan, banyak sekali kebutuhan pembaca, tinggal bagaimana Anda mampu menulis apa yang dibutuhkan. 

Bisa jadi, Anda menulis pengalaman sendiri untuk berbagi dengan orang lain melalui tulisan. (Akhmad Sadad/IP)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi dengan cara yang bijaksana dan bertanggung jawab. Berkomentarlah dengan nama yang jelas dan bukan spam agar tidak dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top