Tradisi Ningkuk, Hiburan dan Berkenalan Bujang dan Gadis di Sumsel

 
Di masa-masa jayanya dulu, terutama di era 1980-an, Ningkuk menjadi sarana hiburan dan perkenalan bujang-gadis yang menghibur.

Bujang-gadis di Musi Banyuasin (Muba), Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), saat memainkan tradisi Ningkok. (Sumber Foto: Istimewa/Kumparan)

IPHEDIA.com - Ningkuk atau Ningkok/Ningko'an merupakan sebuah tradisi bermain selendang dengan iringan irama musik yang dilakukan oleh para bujang dan gadis di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Tradisi ini biasanya akan dilakukan di setiap ada warga yang hendak atau setelah melangsungkan acara-acara adat, seperti pernikahan, khitanan dan lainnya.

Namun, 'acara' Ningkuk/Ningkok lebih sering diadakan tuan rumah selaku si empunya hajat sebelum maupun setelah resepsi pernikahan.

Sejarah Ningkuk

Entah dari daerah mana yang memulai acara ini, namun Ningkuk atau Ningkok/Ningko'an sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan berkembang di semua kabupaten/kota di Sumsel.

Dalam catatan Indephedia.com, tradisi Ningkuk setidaknya sudah ada di era 1970-an. Sebagai sarana hiburan dan perkenalan bujang dan gadis, tradisi ini diikuti oleh muda-mudi.

Meski acara Ningkuk sudah berkembang sejak lama, akan tetapi kini tradisi ini sudah jarang dilakukan dan hampir hilang.

Menjemput Gadis

Di masa-masa jayanya dulu, terutama di era 1980-an, Ningkuk menjadi sarana hiburan dan perkenalan bujang-gadis yang menghibur.

Tak jarang di tradisi Ningkuk ada pasangan muda-mudi yang saling jatuh hati bahkan bertemu jodohnya hingga berlanjut ke pelaminan.
 
Acara Ningkuk, di Kabupaten Ogan Ilir (OI) misalnya, biasanya diselenggarakan pada malam hari selepas Isya'. 

Dulu, pihak tuan rumah mengutus muda-mudi untuk menjemput para gadis di rumah masing-masing dengan lampu penerangan Petromax.

Setelah meminta izin dengan orang tua si gadis, kemudian utusan dan gadis yang sudah dijemput melanjutkan perjalanan menjemput gadis lainnya.

Penjemputan para gadis ini kadang tak hanya satu desa, tapi juga terkadang para gadis dari dua atau tiga desa berdekatan yang sebelumnya sudah diundang untuk mengikuti acara Ningkuk.

Sementara, untuk bujangnya tidak dijemput tetapi datang sendiri ke rumah si empunya hajat.

Setelah semua gadis sudah dijemput, lalu mereka menuju ke rumah si pengundang/empunya hajat untuk mengikuti Ningkuk.

Prosesi Ningkuk

Begitu semua bujang dan gadis terkumpul, dengan dipandu sepasang muda-mudi yang bertindak sebagai hakim, acara Ningkuk di mulai. 

Bujang dan gadis yang telah diundang ditempatkan dan duduk di satu lokasi, biasanya di ruang depan (ruang tamu) atau tengah jika yang hadir tidak muat di ruang depan.

Alat permainan ini berupa selendang dan musik. Begitu musik dari tape recorder atau CD diputar, mereka (bujang-gadis) menjalankan selendang.

Selendang itu dijalankan dan dikalungkan di leher dari satu orang ke yang lainnya sembari diiringi irama musik. 

Saat lantunan musik berhenti --di stop operator---, maka selendang yang diedarkan juga berhenti diedarkan. 

Bagi yang memegang selendang saat musik berhenti itu maka akan mendapatkan semacam hukuman dari hakim, seperti berjoget berpasangan, berpantun, merayu lawan dan lain sebagainya.

Fungsi hakim di sini sebagai pembawa acara dan menghukum para pemain Ningkuk sesuai dengan keinginan hakim. 

Tradisi Ningkuk ini biasanya selesai hingga tengah malam atau dini hari,  tergantung durasi permainan Ningkuk yang diadakan. 

Selesai acara dan menyantap hidangan yang disediakan tuan rumah, para gadis yang sebelumnya dijemput tersebut diantar kembali ke rumah masing-masing. (BD/AS/IND)

Sumber: Indephedia.com

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi dengan cara yang bijaksana dan bertanggung jawab. Berkomentarlah dengan nama yang jelas dan bukan spam agar tidak dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top