Nama Tikal berasal dari kata ti ak'al dalam bahasa Maya Yucatec yang berarti "di lubang air". Nama itu rupanya diterapkan pada salah satu waduk kuno di situs itu oleh para pemburu dan pelancong di wilayah tersebut. Kata ini secara alternatif ditafsirkan sebagai "tempat suara-suara" dalam bahasa Maya Itza.
IPHEDIA.com - Tikal reruntuhan kota kuno Peradaban Maya, salah satu situs arkeologi dan pusat kota terbesar dari peradaban Maya pra-Columbus.
Reruntuhan kota kuno ini ditemukan di hutan hujan Guatemala. Lokasinya terletak di wilayah arkeologi Cekungan Petén, di tempat yang sekarang berada Guatemala utara.
Nama Tikal berasal dari kata ti ak'al dalam bahasa Maya Yucatec yang berarti "di lubang air".
Nama Tikal berasal dari kata ti ak'al dalam bahasa Maya Yucatec yang berarti "di lubang air".
Nama itu rupanya diterapkan pada salah satu waduk kuno di situs itu oleh para pemburu dan pelancong di wilayah tersebut.
Kata ini secara alternatif ditafsirkan sebagai "tempat suara-suara" dalam bahasa Maya Itza.
Tikal, bagaimanapun, bukanlah nama kuno untuk situs tersebut melainkan nama yang diadopsi setelah penemuannya pada tahun 1840-an.
Tikal, bagaimanapun, bukanlah nama kuno untuk situs tersebut melainkan nama yang diadopsi setelah penemuannya pada tahun 1840-an.
Prasasti hieroglif di reruntuhannya menyebut kota kuno itu sebagai Yax Mutal atau Yax Mutul, yang berarti "Mutal Pertama".
Saat itu, Tikal ibu kota negara penaklukan yang menjadi salah satu kerajaan paling kuat di zaman Maya kuno.
Saat itu, Tikal ibu kota negara penaklukan yang menjadi salah satu kerajaan paling kuat di zaman Maya kuno.
Meskipun arsitektur monumental di situs ini sudah ada sejak abad ke-4 SM, tetapi diketahui Tikal mencapai puncaknya selama Periode Klasik sekitar 200 sampai 900 SM.
Selama masa tersebut, kota ini mendominasi sebagian besar wilayah Maya secara politik, ekonomi, dan militer.
Selama masa tersebut, kota ini mendominasi sebagian besar wilayah Maya secara politik, ekonomi, dan militer.
Penduduk kota itu juga berinteraksi dengan daerah-daerah di seluruh Mesoamerika, seperti kota besar Teotihuacan di Lembah Meksiko yang jauh.
Ada bukti Tikal ditaklukkan oleh Teotihuacan pada abad ke-4 Masehi. Setelah akhir Zaman Klasik Akhir, tidak ada monumen besar baru yang dibangun di Tikal dan ada bukti jika istana elit dibakar.
Ada bukti Tikal ditaklukkan oleh Teotihuacan pada abad ke-4 Masehi. Setelah akhir Zaman Klasik Akhir, tidak ada monumen besar baru yang dibangun di Tikal dan ada bukti jika istana elit dibakar.
Peristiwa ini ditambah dengan penurunan populasi secara bertahap, yang berpuncak dengan ditinggalkannya situs pada akhir abad ke-10.
Dalam perkembangannya, Tikal yang paling dipahami para peneliti di antaranya kota-kota besar Maya di dataran rendah.
Dalam perkembangannya, Tikal yang paling dipahami para peneliti di antaranya kota-kota besar Maya di dataran rendah.
Dengan adanya daftar panjang penguasa dinasti, penemuan makam banyak penguasa dalam daftar ini berdasarkan penyelidikan monumen, kuil, dan istana mereka.
Proyek Tikal mencatat lebih dari 200 monumen di lokasi tersebut. Pada 1979, pemerintah Guatemala memulai proyek arkeologi lebih lanjut di Tikal, yang berlanjut hingga 1984.
Pada tahun 1979 situs ini dinyatakan bagian dari Guatemala Tikal National Park dan dinyatakan UNESCO sebagai World Heritage Site atau Situs Warisan Dunia.
Proyek Tikal mencatat lebih dari 200 monumen di lokasi tersebut. Pada 1979, pemerintah Guatemala memulai proyek arkeologi lebih lanjut di Tikal, yang berlanjut hingga 1984.
Pada tahun 1979 situs ini dinyatakan bagian dari Guatemala Tikal National Park dan dinyatakan UNESCO sebagai World Heritage Site atau Situs Warisan Dunia.
Saat ini, Tikal menjadi objek wisata utama yang dikelilingi oleh taman nasionalnya sendiri.
Sebuah museum situs yang selesai tahun 1964 telah dibangun dan dapat dikunjungi wisatawan di Tikal. (as/ip)
No comments:
Write commentSiapapun boleh berkomentar, tetapi dengan cara yang bijaksana dan bertanggung jawab. Berkomentarlah dengan nama yang jelas dan bukan spam agar tidak dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.