Sejarah Krakatau dan Berpetualang Seru di Gunung Anak Krakatau (7)

 
Gunung Anak Krakatau tercatat mengalami erupsi pada 20 Juni 2016. Pada 19 Februari 2017 dan 29 Juni 2018, Gunung Anak Krakatau kembali meletus dengan erupsi eksplosif lemah, dan terjadi perubahan pola letusan pada 27 Desember 2018.

IPHEDIA.com - Kini, ratusan tahun lamanya setelah meletus, Gunung Krakatau menyisahkan anaknya. Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung ini, tercatat mengalami erupsi pada 20 Juni 2016.

Kemudian, pada 19 Februari 2017 dan 29 Juni 2018, Gunung Anak Krakatau kembali meletus dengan erupsi eksplosif lemah, dan terjadi perubahan pola letusan pada 27 Desember 2018 dengan letusan-letusan onset yang tajam.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), mengatakan tipe letusan Gunung Anak Krakatau saat ini sudah bukan lagi tipe letusan strombolian pasca robohnya dinding gunung api yang memicu tsunami Selat Sunda.

Kalau dulunya strombolian seperti air mancur, setelah itu istilahnya (tipe letusan) Surtseyan. Karakter letusan Gunung Anak Krakatau sebelumnya disebut tipe strombolian, yakni erupsi magmatik berupa erupsi eksplosif lemah.

Perubahan tipe letusan itu salah satunya dipicu robohnya material tubuh gunung api yang memicu tsunami. Gunung Anak Krakatau dibangun aliran lava dan juga aliran piroklastik berupa material lepas. Sebagian mungkin yang sifatnya lepas itu yang tidak stabil karena ada lava di atasnya yang meluncur.

PVMBG juga mengevaluasi rekomendasi mitigasi bahaya Gunung Anak Krakatau setelah robohnya tubuh gunung api, dan berubahnya karakter tipe letusan gunung tersebut.

Perubahan tipe letusan itu dapat dilihat dari rekaman video letusan Gunung Anak Krakatau yang beredar pasca kejadian tsunami Selat Sunda yang terjadi Sabtu, 22 Desember 2018. Kalau melihat videonya, terlihat seperti magma yang telah berinteraksi dengan air, letusannya menyebar ke mana-mana, ke segala arah.

Posisi awal Gunung Anak Krakatau saat dindingnya belum roboh di ibaratkan punya satu pipa saluran yang mengalirkan magma ke permukaan. Magma keluar dari lubangnya yang kecil sehingga keluarnya strombolian, kecil-kecil. Tapi, setelah terjadi longsoran, tubuh gunung api yang tadinya seperti rumah dengan cerobong asap, setelah runtuh, asapnya bisa keluar ke mana-mana.

Robohnya dinding gunung api itu diduga membuat aliran magma tidak lagi terkonsentrasi di satu lubang. Gunung Anak Krakatau itu tumbuh di atas Gunung Krakatau yang tubuhnya hancur pasca letusan hebat 1883.

Gunung Anak Krakatau baru terlihat muncul ke permukaan mulai tahun 1927, dan tumbuh selama lebih dari 90 tahun hingga saat ini. Gunung itu terlihat memiliki ketinggian sudah lebih dari 338 meter di atas permukaan laut berdasarkan pengukuran September 2018 sampai sekarang. Bersambung ke Sejarah Krakatau dan Berpetualang Seru di Gunung Anak Krakatau (8). (Akhmad Sadad)

Baca: Sejarah Krakatau dan Berpetualang Seru di Gunung Anak Krakatau (8)
Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi dengan cara yang bijaksana dan bertanggung jawab. Berkomentarlah dengan nama yang jelas dan bukan spam agar tidak dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top