Kerajaan Tarumanegara, Kerajaaan Tertua di Barat Pulau Jawa

 
Kata tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara. Nagara artinya kerajaan atau negara, sedangkan taruma berasal dari kata tarum, nama sungai yang membelah Jawa Barat, yaitu Citarum.

IPHEDIA.com - Kerajaan Tarumanagara atau Kerajaan Taruma sebuah kerajaan tertua di Indonesia yang pernah berkuasa di wilayah barat Pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 Masehi. 

Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.

Kata tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara. Nagara artinya kerajaan atau negara, sedangkan taruma berasal dari kata tarum, nama sungai yang membelah Jawa Barat, yaitu Citarum. 

Pada muara Citarum ditemukan percandian yang luas, yaitu Percandian Batujaya dan Percandian Cibuaya yang diduga merupakan peradaban peninggalan Kerajaan Taruma.

Bila menilik dari catatan sejarah ataupun prasasti yang ada, tidak ada penjelasan atau catatan yang pasti mengenai siapakah yang pertama kalinya mendirikan kerajaan Tarumanegara. 

Raja Kerajaan Tarumanegara yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman.

Pada tahun 417, Purnawarman memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). 

Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Bukti keberadaan Kerajaan Taruma dengan ditemukannya tujuh buah prasasti batu. Lima di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. 

Dari prasasti-prasasti tersebut diketahui kerajaan ini dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 Masehi dan memerintah sampai tahun 382 Masehi. 

Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar Sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.

Prasasti yang ditemukan, di antaranya Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Tugu, Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul dan Prasasti Ciaruteun.

Kemudian, Prasasti Telapak Gajah, Prasasti Ciampea, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Pasir Muara, Prasasti Jambu, Prasasti Pasir Awi dan Citeureup, Bogor.

Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 Masehi. Berdasarkan prasasti-prasati tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. 

Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut Prasasti Tugu, meliputi hapir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.

Pada Naskah Wangsakerta dari Cirebon itu, Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). 

Jayasingawarman meninggal dan dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga.

Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Dinamainya kota itu Sundapura—pertama kalinya nama "Sunda" digunakan.

Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu dibuat tahun 536 Masehi. 

Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Tarumanagara adalah Suryawarman, yang memerintah antara tahun 535 - 561 Masehi, raja Tarumanagara ketujuh.

Pustaka Jawadwipa, parwa I, sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan dalam masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman.

Semasanya, banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Tarumanagara. 

Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya. 

Prasasti Purnawarman di Pasir Muara memberitakan tentang Raja Sunda dalam tahun 536 Masehi. 

Ketika itu, ibukota Sundapura telah berubah status menjadi sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti pusat pemerintahan Tarumanagara telah bergeser ke tempat lain.

Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan Rajatapura atau Salakanagara (kota Perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 Masehi. 

Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).

Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka Salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah. 

Jayasingawarman pendiri Kerajaan Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. 

Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.

Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. 


Dalam tahun 526 Masehi, misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. 

Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. 

Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 Masehi. 

Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. 

Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih, menjadi istri Tarusbawa dari Sunda. 

Sedangkan, putri Linggawarman yang kedua (bungsu) bernama Sobakancana, menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. 

Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.

Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, yang secara pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri.

Kerajaannya sendiri itu, yakni Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Kerajaan Tarumanagara. 

Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara. (*)

Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta:


1.   Jayasingawarman (358-382)
2.   Dharmayawarman (382-395)
3.   Purnawarman (395-434)
4.   Wisnuwarman (434-455)
5.   Indrawarman (455-515)
6.   Candrawarman (515-535)
7.   Suryawarman (535-561)
8.   Kertawarman (561-628)
9.   Sudhawarman (628-639)
10. Hariwangsawarman (639-640)
11. Nagajayawarman (640-666)
12. Linggawarman (666-669)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi dengan cara yang bijaksana dan bertanggung jawab. Berkomentarlah dengan nama yang jelas dan bukan spam agar tidak dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top