Mengenal I-Tsing, Biksu Buddha Tionghoa dalam Historiografi Indonesia

 
Sepanjang hidupnya, I-Tsing diperkirakan telah menerjemahkan puluhan bahkan diperkirakan ratusan teks Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin.

Sumber Foto: Pesona Sriwijaya

IPHEDIA.com - I-Tsing (Yijing atau I Ching) salah seorang tokoh yang berperan besar dalam historiografi Indonesia. 

I-Tsing, salah satu dari tiga peziarah terkenal dari Tiongkok. Pendahulunya Fa Xian dan Xuan Zang.

Catatan perjalanannya yang melegenda menjadi sumber para peneliti dalam mengungkap Kerajaan Sriwijaya. 

Dari catatan perjalanan I-Tsing ini pula didapat gambaran mengenai perkembangan ajaran Buddha di Nusantara pada abad ke-7 Masehi.

Penerjemah Teks Agama Buddha

I-Tsing biksu dari China yang dikenal sebagai seorang penjelajah dan penerjemah teks agama Buddha. 

Ia berkelana lewat laut ke India melalui Jalur Sutra untuk mendapatkan teks agama Buddha dalam bahasa Sanskerta.

Pada 671 Masehi, Yi Jing berangkat dari Guangzhou. Setelah berlayar selama 20 hari, dia mendarat di Fo-shi (Sriwijaya). 

Dia tinggal Fo-shi selama enam bulan untuk belajar Sabdavidya atau tata bahasa Sansekerta. 

Setelah mendapatkan apa yang dicarinya, I-Tsing kemudian membawa pulang teks agama Buddha dalam bahasa Sanskerta itu.

Di Tiongkok, I-Tsing menerjemahkan teks agama Buddha dalam bahasa Sanskerta tersebut ke dalam bahasa Tionghoa. 

Dia tinggal di Kuil Xi Ming selama beberapa waktu di Chang'an, ibu kota Dinasti Tang.

Sumber Penting Sejarah Kerajaan Abad Pertengahan

Catatan perjalanannya pada abad ke-7 Masehi merupakan sumber penting bagi sejarah kerajaan abad pertengahan di sepanjang jalur laut antara China dan India. 

Dalam pelayarannya dari China ke India untuk memperdalam ajaran Buddha, I-Tsing pernah tinggal di Kerajaan Sriwijaya dalam waktu yang cukup lama. 

Dalam perjalanan pertamanya, ia tinggal selama enam bulan di Sriwijaya dan dua bulan di Malayu dalam perjalanannya ke India pada tahun 671. 

Kemudian, dalam perjalanan keduanya ia tinggal selama sepuluh tahun di Sriwijaya (685-695).

Tak hanya di Sumatera, I-Tsing juga pernah selama tiga tahun di Pulau Jawa (664/5 – 667/8). 

Di Pulau Jawa ini, dia menterjemahkan sebuah sutra, kemungkinan besar dari mazhab Hinayana, mengenai Nirwana yang agung. 

Penterjemahan sutra tersebut, I-Tsing dibantu seorang pakar Jawa bernama Jnabhadra.

Sepanjang hidupnya, I-Tsing diperkirakan telah menerjemahkan puluhan bahkan diperkirakan ratusan teks Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin. 

Beberapa teks agama Buddha yang sudah diterjemahkan I-Tsing (Yijing atau I Ching), di antaranya Avadana (Kisah-kisah Kebajikan). 

Kemudian, Saravanabhava Vinaya dan Suvarnaprabhascottamaraja-sutra, (Sutra Raja yang Paling Dimuliakan). (as/ip)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi dengan cara yang bijaksana dan bertanggung jawab. Berkomentarlah dengan nama yang jelas dan bukan spam agar tidak dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top