Sejarah Kesultanan Malaka, Pelabuhan Perdagangan Internasional

 
Dalam beberapa dekade setelah berdirinya Kesultanan Malaka, kota itu jadi ramai dan berkembang menjadi pelabuhan perdagangan internasional. 

Sumber Foto: Tripadvisor

IPHEDIA.com - Kesultanan Malaka atau Melaka merupakan kerajaan yang pernah berdiri pada abad ke-15 Masehi di Melaka, Malaysia. 

Kesultanan Malaka didirikan oleh Parameswara (Bahasa Sanskerta: Parama berarti paling berkuasa dan Iswara berarti raja).

Dalam silsilahnya, Parameswara putra dari Seri Rana Wira Kerma, seorang keturunan Raja Sriwijaya.

Parameswara orang Melayu beragama Hindu yang setelah masuk Islam mengganti namanya menjadi Muhammad Iskandar Syah atau Iskandar Syah.

Sebelumnya, Iskandar Syah adalah Raja Singapura. Tapi, karena serangan Majapahit dari Jawa dan Siam menyebabkan Raja Singapura memindahkan pusat pemerintahannya ke Malaka.

Asal Muasal Nama Malaka

Nama "Malaka" sendiri berasal dari nama sebuah pohon (bahasa Melayu: Pokok Melaka) atau Phyllanthus Emblica.

Berdasarkan catatan lain, nama Malaka berasal dari bahasa Arab, malakat (jemaat pedagang) atau kumpulan/komunitas dagang.

Pelabuhan Perdagangan Internasional

Dalam beberapa dekade setelah berdirinya Kesultanan Malaka, kota itu jadi ramai dan berkembang menjadi pelabuhan perdagangan internasional. 

Saat itu, ada puluhan bahasa yang digunakan di Malaka. Kota tersebut menjadi pelabuhan penting di timur jauh selama abad ke-16 Masehi. 

Kemunduran dan Keruntuhan Kesultanan Malaka

Kemunduran dan keruntuhan Kesultanan Malaka terjadi pada masa kepemimpinan Sultan Mahmud Syah (1488-1511). Di masa pemerintahannya ini banyak daerah taklukan melepaskan diri. 

Pada tahun 1511, armada perang Portugis yang dipimpin Alfonso d'Albuqerque berhasil menguasai dan mengakhiri kejayaan Kesultanan Malaka. 

Meski sempat bangkit dan terus melakukan perlawanan dengan menyerang kedudukan Portugal di Malaka, namun Sultan Mahmud Syah gagal.

Berdasarkan Sulalatus Salatin, Sultan Mahmud Syah kemudian digantikan putranya Sultan Alauddin Syah yang tinggal di Pahang sebelum menetap di Johor.

Di masa setelahnya para pewaris Sultan Malaka sesudah Sultan Mahmud Syah mereka lebih dikenal dengan sebutan Sultan Johor. (*)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi dengan cara yang bijaksana dan bertanggung jawab. Berkomentarlah dengan nama yang jelas dan bukan spam agar tidak dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top