NH Dini, Novelis Indonesia yang Jadi Google Doodle

 
Credit Photo: Google.com
Selain menulis dikertas hijau toska, sosok wanita tersebut juga tampak sudah menuangkan pikirannya pada beberapa lembaran kertas berwarna lainnya di antara kertas yang tengah ditulisnya. Wajahnya diilustrasikan menggantikan huruf O pada logo Google. Siapa sebenarnya sosok ini?
 
IPHEDIA.com - Jika Anda membuka tampilan halaman utama mesin pencari Google, Sabtu (29/2/2020) ada hal yang menarik. Pada Google Doodle, Anda akan melihat sosok seorang wanita berkacamata yang tengah menulis di atas secarik kertas berwarna hijau toska.

Selain menulis dikertas hijau toska, sosok wanita tersebut juga tampak sudah menuangkan pikirannya pada beberapa lembaran kertas berwarna lainnya di antara kertas yang tengah ditulisnya. Wajahnya diilustrasikan menggantikan huruf O pada logo Google. Siapa sebenarnya sosok ini?

Wanita di Google Doodle itu tak lain NH Dini, salah satu novelis Indonesia kenamaan. Ya, Google merayakan kelahiran novelis Nurhayati Srihardini Siti Nukatin atau NH Dini.

Siapa sebenarnya NH Dini? Bagi yang suka membaca novel nama itu pasti sudah tidak asing lagi. Seperti mengutip Wikipedia, Nurhayati Sri Hardini atau lebih dikenal NH Dini, lahir di Semarang, Jawa Tengah, 29 Februari 1936 – meninggal di Semarang, Jawa Tengah, 4 Desember 2018 pada umur 82 tahun.

NH Dini adalah sastrawan, novelis, dan feminis berkebangsaan Indonesia. Ia juga merupakan ibu dari sutadara film Despicable Me, Pierre Coffin.

Dini dilahirkan dari pasangan RM Saljowidjojo, seorang pegawai Perusahaan Jawatan Kereta Api dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali. Masa kecilnya penuh larangan. Ditilik dari silsilah keluarganya, NH Dini masih berdarah Bugis.

Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. 


NH Dini (Credit Photo: Femina)

Ibu Dini, yang harus bekerja keras sebagai buruh batik setelah kematian suaminya, selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Panjebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara Jawa dan sebagainya. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.

Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis. Tapi, ia tak kesampaian mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.

Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya, sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.

Dini ditinggal wafat ayahnya semasih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya menulis fiksi semakin terasa di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek.

Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar. Dini juga menulis untuk Majalah KISAH, dan SIASAT. Cerpen pertamanya, Pendurhaka, bahkan mendapat kritis positif dari H.B. Jassin tahun 1951.

Beberapa karya NH Dini yang lain, di antaranya Hati yang Damai (1961), Pada Sebuah Kapal (1973), La Barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Trans (1985), Pertemuan Dua Hati (1986) serta banyak lagi lainnya.

Sebagai seorang penulis; novelis dan sastrawan, sampai akhir hayatnya NH Dini telah banyak berkarya. Ada satu perkataan HN Dini yang turut diabadikan oleh Google. Bisa jadi ini adalah pedoman hidupnya di dunia sastra yang ia tekuni semasa hidupnya. 

"Sastra sebenarnya adalah makanan bergizi untuk jiwa dan pikiran manusia. Ini adalah fondasi dasar kemanusiaan, cerminan masyarakat, kehidupan sehari-hari, pengetahuan, dan nilai kebijaksanaan," begitu sekiranya perkataan Dini yang diingat Google mengenai sastra.

Selamat ulang tahun ke-84 NH Dini. Semoga karya-karyamu tetap abadi, selalu hidup dan menginspirasi generasi sekarang dan mendatang. (*)
Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi dengan cara yang bijaksana dan bertanggung jawab. Berkomentarlah dengan nama yang jelas dan bukan spam agar tidak dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top