Tugu Monas, Monumen Peringatan yang Penuh Dimensi Budaya Indonesia

 
Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala.

IPHEDIA.com - Monumen Nasional (Monas) atau disebut Tugu Monas pembangunannya secara resmi tanggal 17 Agustus 1961. 

Monumen setinggi 132 meter atau 433 kaki ini didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

Pembangunan monumen di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat ini, dimulai tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah Presiden RI pertama, Ir Sukarno.

Monumen Nasional yang dikenal dengan Monas tersebut mulai dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. 

Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala.

Saat pertama kali dibuat, emas yang digunakan untuk melapisi lidah api mempunyai berat 35 kilogram. 

Tapi, tahun 1995 saat Indonesia merayakan ulang tahun emas kemerdekaan yaitu 50 tahun, lapisan emasnya ditambah lagi hingga seberat 50 kilogram.

Pembangunan monumen nasional ini terdiri atas tiga tahap antara kurun 1961/1962-1964/1965. 

Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan konsep pasangan universal yang abadi; Lingga dan Yoni. 

Lingga dan Yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia.

Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. 

Sementara, pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif, serta melambangkan malam hari.

Selain itu, bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan "lesung".

Alu dan lesung merupakan alat penumbuk padi yang banyak didapati dalam rumah tangga petani tradisional Indonesia. 

Dengan demikian, rancang bangun Tugu Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. 

Tugu Monas juga Perpustakaan Nasional dengan total 24 lantai dan tiga ruang bawah tanah ini merupakan gedung perpustakaan tertinggi di dunia. (as/rs)

Buka Komentar
Tutup Komentar
No comments:
Write comment

Siapapun boleh berkomentar, tetapi dengan cara yang bijaksana dan bertanggung jawab. Berkomentarlah dengan nama yang jelas dan bukan spam agar tidak dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.

Back to Top